Rabu, 23 Mei 2012

persalinan

  A.         Perubahan Fisiologis pada persalinan
Sejumlah perubahan-perubahan fisiologis yang normal akan terjadi selama persalinan, hal ini bertujuan untuk mengetahui perubahan-perubahan yang dapat dilihat secar klinis bertujuan untuk dapat secara tepat dan cepat mengintrepretasikan tanda-tanda, geejala tertentu dan penemuan perubahan fisik dan laboratorium apakah normal atau tidak selama persalinan kala I.

1.      Perubahan tekanan darah
Tekanan darah meningkat selama kontraksi uterus dengan kenaikan sistolik rata-rata sebesar 10-20 mmHg dan kenaikan diastolik rata-rata 5-10 mmHg. Diantar kontraksi-kontraksi uterus, tekana darah akan turun seperti seblum masuk persalinan dan akan naik lagi bila terjadi kontraksi. Arti penting dan kejadian ini adalah untuk memastikan tekanan darah yang sesungguhnya, sehingga diperlukan pengukuran diantara kontraksi. Jika seorang ibu dalam keadaan sangat takut/kawatir, pertimbangkan kemungkinan rasa takutnyalah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah. Dalam hal ini perlu dilakukan pemeriksaan lainnya untuk mengesampingkan pre eklamsia, oleh karena itu diperlukan asuhan yang mendukung yang menimbulkan ibu rileks/santai.
Posisi tidur terlentang selama bersalin akan menyebabkan penekanan uterus terhadap pembuluh darah besar (aorta) yang akan menyebabkan sirkulasi darah baik untuk ibu maupun janin akan terganggu, ibu dapaat terjadi hipotensi dan janin dapat asfiksia. Oleh karena itu posisi tidur ibu selama persalinan yang terbaik adalah menghindari posisi tidur terlentang.
Untuk memastikan tekanan darah yang sesungguhnya maka diperlukan pengukuran tekanan darah diluar kontraksi.
2.     Perubahan metabolisme
Selama persalinan baik metabolisme karbohidrat aerobik maupun anaerobik akan naik secara perlahan. Kanaikan ini sebagian besar disebabkan karena oleh kecemasan serta kegiatan otot kerangka tubuh. Kegiatan metabolisme yang meningkat tercermin dengan keanikan suhu badan, denyut nadi, pernafasan, kardiak output dan kehilangan cairan.
3.     Perubahan suhu badan
Suhu badan akan sedikit meningkat selama persalinan, suhu mencapai tertinggi selama persalinan dan segera setelah melahirkan. Kenaikan ini dianggap normal asal tidak melebihi 0,5-1º C. Suhu yang naik sedikit merupakan keadaan yang wajar, namun keadaan ini berlangsung lama, kenaikan suhu ini mengindikasikan adanya dehidrasi. Parameter lainnya harus dilakukan antara lain selaput ketuban sudah pecah atau belum, karena hal ini bisa merupakan tanda infeksi.
4.     Denyut jantung
Perubahan yang menyolok selama kontraksi dengan kenaikan denyut jantung, penurunan selama acme sampai satu angka yang lebih  rendah dan angka antara kontraksi. Penurunan yang menyolok selama acme kontraksi uterus tidak terjadi jika ibu berada dalam posisi miring bukan posisi terlentang. Denyut jantung diantara kontraksi sedikit lebih tinggi dibanding selama periode persalinan atau sebelum masuk persalinan. Hal ini mencerminkan kenaikan metabolisme yang terjadi selama persalinan. Denyut jantung yang sedikit naik merupakan keadaan yang normal, meskipun normal perlu dikontrol secara periode untuk mengidentifikasi adanya infeksi.
5.     Pernafasan
Pernafasan terjadi kenaikan sedikit dibanding dengan sebelum perssalinan, kenaikan ini dapat disebabkan karena adanya rasa nyeri, kekkhawatiran serta penggunaan tehnik pernafasan yang tidak benar. Untuk itu diperlukan tindakan untuk mengendalikan pernafasan (untuk menghindari hiperventilasi) yang ditandai oleh adanya perasaan pusing.


6.     Perubahan renal
Polyuri sering terjadi selama persalinan, hal inni disebabkan oleh kardiak output yang meningkat, serta disebabkan karena filtrasi glomelurus serta aliran plasma ke renal. Polyuri tidak begitu kelihatan dalam posisi terlentang, yang mempunyai efek mengurangi aliran urineselama kehamilan. Kandung kencin harus sering dikontrol (setiap 2 jam) yang bertujuan agar tidak menghambat penurunan bagian terndah janin dan trauma pada kandung kemih serta menghindari retensi urinesetelah melahirkan. Protein dalam urine (+1) selama persalinan merupakan hal yang wajar, tetapi protein uri (+2) merupakan hal yang tidak wajar, keadaan ini lebih sering pada ibu primipara, anemia, persalinan lama atau pada kasus pre eklamsia.

7.     Perubahan gastrointestinal
Kemampuan pergerakan gastrik serta penyerapan makanan padat berkurang akan menyebabkan pencernaan hampir berhenti selama persalina dan menyebabkan konstipasi. Lambung yang penuh dapat menimbulkan ketidaknyamanan, oleh karena itu ibu dianjurkan tidak makan terlalu banyak atau minum berlebihan, tetapi makan dan minum semuanya untuk mempertahankan energi dan dehidrasi.

8.     Perubahan hematologis
Haemoglobin akan meningkat 1,2 gr/100 ml selama persalinan dan kembali ketingkat pra perssalinan pada hari pertama setelah persalinan apabila tidak terjadi kehilangan darah selama persalinan, waktu koagulasi berkurang dan akan mendapat tambahan plasma selama persalinan. Jumlah sel-sel darah putih  meningkat secara progresif selama kala satu persalinan sebesar 500 s/d 15.000 WBC sampai dengan akhir pembukaan lengkap, hal ini teidak berindikasi adanya infeksi. Setelah itu turun lagi kembali keadaan semula. Gula darah akan turun selama persalinan dan akan turun secara menyolok pada persalinan yang mengalami penykit atau persalinan lama, hal ini disebsbkan karena kegiatan uterus dan otot-otot kerangka tubuh. Penggunaan uji laboratorium untuk penapsian ibu yang menderita diabetes militus akan memberikan hasil yang tidak tepat dan tidak dapat diandalkan.
9.     Kontraksi uterus
Kontraksi uterus terkjadi karena adnyan rangsangan pada otot polos uterus dan penurunan hormon progestron yang menyababkan keluarnya hormon oksitosin. Kontraksi uterus dimulai dari fundus uteri menjalar kebawah, fundus uteri bekerja kuat dan lama untuk mendorong janin kebawah, ssedangkan uterus bagian bawah pasif hanya mengikuti tarikan dan segmen atas rahim, akhirnya menyebabkan serviks menjadi lembek dan membuka. Kerjasama antara uterus bagian atas dan uterus bagian bawah disebut polaritas.

10. Pembentukan segmen atas rahim dan segmen bawah rahim
Segmen Atas Rahim (SAR) terbentuk pada uterus bagian atas dengan sifat otot yang lebih tebal dan kontraktif. Pada bagian ini terdapat banyak otot serong dan memanjang. SAR terbentuk dari fundus sampai ishmus uteri.
Segmen Bawah Rahim (SBR) terbentang diuterus bagian bawah antara ishmus dengan serviks, dengan sifat otot yang tipis dan elastis, pada bagian ini banyak terdapat otot yang melingkar dan memanjang.

11. Perkembangan  retraksi ring
Retraksi ring adalah batas pinggiran antara SAR dan SBR, dalam keadaan persalinan normal tidak nampak dan akan kelihatan pada persalinan abnormal, karena kontraksi uterus yang berlebihan, retraksi ring akan tampak sebagai garis atau bats yang menonjol diatas simpisis yang merupakan tanda dan ancaman ruptur uterus.

12. Penarikan serviks
Pada akhir kehamilan otot yang meengelilingi Ostium Uteri Internum (OUI) ditarik oleh SAR yang menyebabkan serviks menjadi pendek dan menjadi bagian dari SBR. Bentuk serviks menghilang karena canalis servikalis membesar dan atas dan membentuk Ostium uteri Externa (OUE) sebagai ujun dan bentuknya menjadi sempit.

13. Pembukaan ostium uteri internum dan ostium uteri externa
Pembukaan serviks disebabkan oleh karena membesarnya OUE karena otot yang melingkar disekitar ostium meregang untuk dapat dilewati kepala. Pembukaan uteri tidak saja karena penarikan SAR akan tetapi juga karena tekanan isi uterus yaitu kepala dan kantong amnion. Pada primigravida dimulai dari ostium uteri internum terbuka lebih dahulu baru ostium eksterna membuka pada saat persalinan terjadi.sedangkan pada multigravida ostium uteri internum membuka secara bersama-sama pada saat persalinan terjadi.

14. Show
Show adalah pengeluaran dari vagina yang terdiri dan sedikit lendir yang bercampur darah, lendir ini berasal dan ekstruksi yang menyumbat canalis servikalis sepanjang kehamilan, sedangkan darah berasal dan desidua vera yang lepas.

15. Tonjolan kantong ketuban
Tonjolan kantong ketuban ini dissebabkan oleh adanya regangan SBR yang menyebabkan terlepasnya selaput korion yang menempel pada uterus, denagn adanya tekanan maka akan terlihat kantong yang berisi cairan yang menonjol ke ostium uteri internum yang terbuka. Cairan terbagi dua yaitu fore water dan hind water yang berfungsi untuk melindungi selaput amnion agar tidak terlepas seluruhnya. Tekanan yang diarahkan ke cairan sama dengan tekanan ke  uterus sehingga akan timbul generasi fluid pressure. Bila selaput ketuban pecah maka cairan tersebut akan keluar, sehingga plasenta akan tertekan dan menyebabkan fungsi plasenta terganggu. Hal ini akan menybabkan fetus kekurangan oksigen.



16. Pemecahan kantong ketuban
Pada akhir kala I bila pembukaan sudah lengkap dan tidak ada tahanan lagi, ditambah dengan kontraksi yang kuat serta desakan janin yan menyebabkan  kantong ketuban pecah, diikuti dengan proses kelahiran bayi.

    B.       Perubahan Fisiologis Kala II
1.   Sistem Kardiovaskuler
a.       Kontraksi menurunkan aliran darah menuju uterus sehingga jumlah darah dalam sirkulasi ibu meningkat
b.      Resistensi perifer meningkat sehingga tekanan darah meningkat
c.       Saat mengejan cardiac output meningkat 40-50%
d.      Tekanan darah sistolik meningkat rata-rata 15 mmHg saat kontraksi
e.       Oksigen yang menurun selama kontraksi menyebabkan hipoksia tetapi dengan kadar yang masih adekuat tidak menimbulakan masalah serius.
2.       Respirasi
a.       Respom terhadap perubahan sistem kariovaskuler mengakibatkan konsumsi oksigen meningkat
b.      Percepatan terhadap surfaktan (fetus labor speeds matiration of surfaktan) : penekanan pada dada selama proses persalinan membersihkan paru-paru janin dari cairan yang berlebihan
3.       Pengaturan suhu
a.       Aktivitas otot yang meningkat menyebabkan kenaikan suhu
b.      Kesimbangan cairan à kehilangan cairan meningkat oleh karena meningkatnya kecepatan dan kedalaman respirasi à retriksi cairan
4.       Urinaria
a.       Perubahan :
1)      Ginjal memekatkan urine
2)      Berat jenis meningkat
3)      Ekskresi protein trace
b.      Penekanan kepala janin menyebabkan tonus vesica kandung kencing menurun

5.     Muskulosketal
a.       Hormon relaxin menyebabkan pelunakan kartilago diantara tulang
b.      Fleksibilitas pubis meningkat
c.       Nyeri punggung
d.      Janin à tekanan kontraksi mendorong janin sehingga terjadi fleksi maksimal
6.     Saluran pencernaan
a.       Praktis inaktif selama persalinan
b.      Proses pencernaan dan pengosongan lambung meningkat
7.     Sistem syaraf
Janin à kontraksi menyebabkan penekanan pada kepala janin sehingga DJJ menurun
8.     Kontraksi, dorongan otot-otot dinding
Kontraksi uetrus pada persalinan mempunyai sifat tersendiri. Kontraksi menimbulkan nyeri, merupakan satu-satunya kontraksi normal muskulus. Kontraksi ini dikendalikan oleh syaraf intrinsik, tidak sisadari, tidak dapat diatur oleh ibu bersalin, baik frekuensi maupun lama kontraksi.
                Sifat khas:
a.      Rasa sakit  dari fundus merata keseluruh uterus sampai berlanjut ke punggnung bawah.
b.     Penyebab rasa nyeri belum diketahui secara pasti. Beberapa dugaan penyebab antara lain:
1)       pada saat kontraksi terjadi kekurangan O² pada miometrium.
2)       Penekanan ganglion syaraf di serviks dan uterus bagian bawah.
3)       Peregangan seerviks akibat dari pelebaran serviks.
4)       Pergangan peritoneum sebagai organ yang meliputi uterus.
Pada waktu selang kontraksi / periode relaksasi diantara kontraksi memberikan dampak berfungsinya sistem-sistem dalam tubuh, yaitu:
c.      Memberikan kesempatan pada jaringan otot-otot uterine untuk beristirahat agar tidak menurunkan fungsinya oleh karena kontraksi yang kuat secara terus menerus.
d.     Memberikan kesempatan kepada ibu untuk beristirahat, karena rasa sakit selama kontraksi.
e.      Menjaga kesehatan janin karena pada saat kontraksi uterus mengakibatkan kontriksi pembuluh darah placenta sehingga bila secara terus menerus berkontraksi, maka akan menyebabkan hipoksia, anoksia dan kematian janin.
Pada awal persalinan kontraksi uterus terjadi selama 15-20 detik. Pada saat memasuki fase aktif, kontraksi terjadi selama 45-60 detik rata-rata 60 detik. Dalam satu kali kontraksi terjadi 3 fase, yaitu fase naik, puncak dan turun. Pada saat fase naik lamanya 2 kali fase lainnya. Pemeriksaan kontraksi uterus meliputi, frekuensi, durasi / lama, intensitas / kuat lemah. Frekuensi dihitung dari awal timbulnya kontraksi sampai muncul kontraksi berikutnya. Pada saat memeriksa durasi / lama kontraksi, perlu diperhatikan bahwa cara pemeriksaan kontraksi uterus dilakukan dengan palpasi pada perut. Karena bila berpedoman pada rasa sakit yang dirasakan ibu bersalin saja kurang akurat.
Pada saat awal kontraksi biasanya ibu bersalin belum merasakan sakit,begitu juga pada saat kontraksi sudah berakhir, ibu bersalin masih meraskan sakit. Begitu juga dalam menentukan intensitas kontraksi uterus / kekuatan kontraksi uterus, hasil emeriksaan disimpulkan tidak dapat diambil dari seberapa reaksi nyeri ibu bersalin pada saat kontraksi. Ambang rasa nyeri tiap individu berbeda. Pada ibu bersalin yang belum siap menghadapi persalinan, kurang matang psikologis, tidak mengerti proses persalinan yang ia hadapi akan bereaksi serius dengan berteriak keras saat kontraksi walaupun kontraksinya lemah.
Sebaliknya ibu bersalin yang sudah siap mengahadapi persalinan, matang psikologis, mengerti tentang proses persalinan, mempunyao ketabahan, kesabaran yang kuat, pernah melahirkan, didampingi keluarga dan didukung oleh penolong persalinan yang profesional.dapat menggunakan tehnik pernafasan untuk relaksasi, maka selama kontraksi yang kuat tidak akan berteriak. Intensitas dapat diperiksa dengan cara jari-jari tangan ditekan  pada perut, bisa atau tidak uterus ditekan. Pada kontraksi yang lemah akan mudah dilakukan, tetapi pada kontraksi yang kuat, hal itu todak mudah dilakukan. Bila dipantau dengan monitor  janin, kontraksi uterus yang paling kuat pada fase kontraksi puncak tidak akan melabihi 40 mmHg.
Selanjutnya kesimpulan pemeriksaan kontraksi uterus tidak hanya meliputi, frekuensi, durasi/lama, intensitas/kuat lemah tetapi perlu diperhatikan juga pengaruh dari ketiga hal tersebut mulai dari kontraksi yang belum teratur hingga akhir persalinan. Misalnya pada awal persalinan, kontraksi uterus setiap 20-30 menit selama 20-25 detik, intensitas ringan lama-kelamaan menjadi 2-3 menit, lama 60-90 detik, kuat, maka hal ini akan menghasilkan pengeluaran janin. Bila ibu bersalin mulai berkkontraksi selama 5 mnt selama 50-60 detik dengan intensitas cukup kuat maka dapat terjadi kontrasi tidak dapat teratur, frekuensi lebih sering, durasi lebih lama. Terkadang dapat menjadi disfungsi uterin, yaitu kemajuan proses oersalinan yang meliputi dilatasi servik/ pelebaran serviks, mekanisme penurunan kepala memakan waktu yang lama, tidak sesuai dengan harapan.
Kontraksi uterus  bervariasi pada setiap bagian karena mempunyai pola gradien. Kontraksi yang kuat mulai dari fundus hingga berangsur-angsur berkurang dan tidak ada sama sekali kontraksi pada serviks. Hal ini memberikan efek pada uterus sehingga uterus terbagi menjadi dua zona, yaitu zona atas zona bawah uterus. Zona atas merupakan zona yang berfungsi mengeluarkan janin karena merupakan zona yang berkontraksi dan menebal, dan sifatnya aktif. Zona terbentuk akibat mekanisme kontraksi otot. Pada saat relaksasi panjang otot tidak bisa kembali keukuran semula, ukuran panjang otot selama relaksasi panjang otot semakin memendek, dan setiap terjadi relaksasi ukuran panjang otot semakin memendek dan demikian seterusnya ssetiap kali tejadi relaksasi sehingga zona atas semakin menebal dan mencapai bataas tertentu pada saat zona bawah semakin tipis dan meluas.
Sedangkan zona bawah terdiri dari istmus dan serviks uteri. Pada saat persalinan istmus uteri disebut sebagai segmen bawah rahim. Zona ini sifatnya pasif tidak berkontraksi seperti zona atas. Zona baawah menjadi tipis dan membuka akibat dari sifat pasifdan pengaruh dari kontraksi pada zona atas sehingga janin dapat melewatiya. Jika zona bawah ikut berkontraksi seperti zona atas maka tidak dapat terjadi dilatasi/ pembukaan serviks, hal ini dapat mempersulit proses persalinan.

9.     Uterus
a.        segmen atas: bagian yang berkontraksi, bila dilakukan palpasi akan teraba keras saat kontraksi.
b.       Segmen bawah: terdiri atas uterus dan cerviks, merupakan daerah yang teregang, bersifat pasif. Hal ini mengakibatkan pemendekan segmen bawah uterus.
c.        Batas antara segmen atas dan segmen bawah uterus membentuk lingkaran cincin retraksi fisiologis. Pada keadaan kontraksi uterus inkoordinasi akan memebentuk cincin retraksi patologis yang dinamakan cincin bandl.
               Perubahan bentuk:
Bentuk uterus menjadi oval disebabkan adanya pergerakan tubuh janin yang semula membungkuk menjadi tegap, sehingga uterus bertambah panjan 5-10 cm.

10. Perubahan ligamentum rotundum
Pada saat kontraksi uterus ligamentum rotundum yang mengandung otot-otot polos ikut berkontraksi sehingga ligamentum rotundum menjadi pendek.
Fall ligamentum rotundum dalam persalinan
a.       Fundus uteri pada saat kehamilan bersandar pada tulang belakang, ketika persalinan berlangsung berpindah kedepan mendesak dinding perut bagian depan kedepan pada setiap kontraksi. Perubahan ini menjadikan sumbu rahim searah dengan sumbu jalan lahir.
b.       Fundus uteri tertambat karena adanya  kontraksi ligamentum rotundum pada saat kontraksi uterus, hal ini menyebabkan fundus tidak dapat naik ke atas. Bila pada waktu kontraksi fundus naik keatas maka kontraksi tidak dapat mendorong anak kebawah.
11. Effisement dan dilatasi serviks
Pengaruh tidak langsung dari kontraksi uterus adaladh terjadinya effasment dan dilatasi serviks. Effasment merupakan pemendekan / pandataran ukuran dari panjang kanalis servikalis. Ukuran normal kanalis servikalis 2-3 cm. Ketika terjadi effasment ukuran panjang kanalis servikalis menjadi semakin pendek dan akhirnya sampai hilang. Pada pemeriksaan dalam teraba lubang dengan pingggir yang tipis. Proses effasment diperlancar dengan adanya pengaturan seperti pada celah endoservik yang mempunyai efek membuka dan meregang. Pemeriksaan kemajuan persalinan untuk menilai proses effasment ini dengan presentase. 0% berarti belum terjadi effasment 100% berarti sudah terfjadi total effasment.
Dilatasi adalah pembesaran ukuran ostium uteri interna (OUI) yang kemudian disusul dengan pembesaran ukuran ostium uteri eksterna (OUE). Pembesaran ini berada antara primigravida dan multigravida. Ostium uteri interna sudah sedikit membuka pada multigarvida. Proses dilatasi ini dibantu/ dipermudah oleh tekanan hidrostatik cairan amnion. Tekanan hidrostatik cairan amnion  terjadi akibat dari kontraksi uterus.
Kemajuan persalinan pada dilatasi / pembukaan serviks dengan cara mengukur diameter serviks dalam centimeter 0-10 pada bagian ostiium uteri ekterna. Ukuran 0 (nol) centimeter bila ostium serviks eksterna tertutup, diameter 10(sepuluh) centimeter bila dilatasi ostium seerviks eksterna sudah lengkap.
Pada saat persalinan effasment awal dilatasi tidak sama antar primigravida dan multigravida. Pada primigravida terjadi effasment 50%-60% pada pembukaan 1(satu) centimeter sebelum persalinan sebagai akibat dari kontraksi Braxton-Hicks. Hal ini merupakan proses kematangan serviks sebagai tanda premonitori persalinan. Kemajuan perubahan serviks selama persalinan pada umumnya terjadi secara berurutan, kemudian terjadi kombinasi effasmet dan dilatasi secara bersamaan setelah effasment 50%-100%. Tanda persalinan aktiv dengan adanya serviks menjadi keras. Pada multigravida memasuki persalinan biasanya terjadi dilatasi serviks 1-2 centimeter atau lebih tergantung pada paritas, biasanya tidak terjadi atau sedikit tejadi effasment. Effasment dan dilatasi merupakan salah satu indikator seorang ibu masuk persalinan awal atau masih dalam tanda-tanda persalinan palsu.

12. Station
Station adalah salah satu indikator untuk menilai kemajuan persalinan yaitu dengan cara menilai keadaan hubungan antara bagian paling bawah presentasi terhadap garis imajinasi / bayangan setinggi spina iskiadika. Penilaian station dengan ukuran cm. Station 0(nol) berarti bagian bawah presentasi setinggi spina iskiadika. Hasil +1,+2,+3,+4, dan +5 berarti presentasi berada dibawah spina iskhiadika setinggi 1,2,3,4 dan 5 cm di atas garis imajinasi spina iskhiadika. Hasil -1,-2,-3,-4 dan -5 berarti presentasi berada diatas 1,2,3,4 dan 5cm di bawah garis imajinasi spina iskhiadika. Perlu berhati-hati dalam menentukan hasil pemeriksaan stayion karena hasil pemeriksaan dapat keliru bila terdapat molding atau tulang tengkorak janin saling menumpuk atau terjadi kaput suksedannium.
Untuk persiapan memberikan asuhan kebidanan, perlu diperhaatikan riwayat, keadaan fisik dan pelvis atau panggul, umur ibu, riwayat obsterti, intensitas kontraksi ketika berbaring dibanding ketika berjalan, lokasi nyeri selama kontraksi, lama persalinan sebelumnya, jarak kehamilan, waktu kontraksi,frekuensi, ukuran terbesar dan terkecil janin sebelumnya, umur kehamilan.
Perubahan vagina dan besar panggul bagian atas vagina sejak kehamilan mengalami perubahan-perubahan, dan pada kala 1 ketuban ikut merengangkannya sehingga dapat dilalui oleh janin. Pada saat ketuban pecah perubahan-perubahan pada vagina dan dasar panggul menjadi teregang sehingga membentuk saluran dengan dinding –dinding yang tipis. Hal ini terutama diakibatkan bagian depan anak. Pada saat kepala sampai pada vulva, lubang vulva membuka keatas. Apabila diperiksa dari luar terjadi peregangan pada bagian depan yaitu daerah perineum menjadi menonjol dan tipis, anus menjadi terbuka. Pada vagina dan dasar panggul terjadi regangan yang kuat, dimungkinkan karena bertambahnya pembuluh darah. Apabila jaringan ini robek maka menibulkan pendarahan yang banyak.

    C.       Perubahan psikologi
1.      Pendahuluan
Pada ibu hamil banyak terjadi perubahan, baik fisik maupun psikologis. Begitu juga pada ibu bersalin, perubahan psikologis pada ibu bersalin wajar terjadi pada setiap orang, namun ia memerlukan bimbingan dari keluarga dan penolong persalinan agar ia dapat menerima keadaan yang terjadi selama persalinan dan dapat memahaminya sehingga ia dapat beradaptasi tehadap perubahan yang terjadi pada dirinya. Perubahan psikologis selama persalinan perlu diketahui oleh penolong persalinan dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendamping atau penolong persalinan.

2.      Perubahan psikologis pada kala satu
Beberapa keadaan dapat terjadi pada ibu dalam persalinan, terutama bagi ibu yang pertama kali melahirkan, perubahan-perubahan yang dimaksud adalah:
a.       Perasaan tidak enak.
b.      Takut dan ragu-ragu akan persalinan yang akan dihadapi.
c.       Ibu dalam menghadapi persalinan sering memikirkan antara lain apakah persalinan akan berjalan normal.
d.      Menganggap persalinan sebagai cobaan.
e.       Apakah peolong persalinan dapat sabar dan bijaksana dalam menolongnya.
f.       Apkah bayinya normal atau tidak.
g.      Apakah ia sanggup merawat bayinya.
h.      Ibu merasa cemas.




    D.       Pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologi ibu selama persalinan
1.     Kebutuhan fisik ibu
a         Kebersihan dan kenyamanan
Ibu dalam inpartu akan merasa sangat panas dan berkeringat oleh karena itu ibu akan membutuhkan kesempatan untuk mandi atau bersiram, hal ini dapat dilakukan bila ibu masih memungkinkan untuk berjalan. Tetapi bagi ibu yang sudah tidak mungkin untuk melakukan, maka peran bidan dan atau keluarga akan membantunya dengan menyeka dengan waslap yang dibasahi dengan air dingin pada muka,leher dan tangan serta bagian kemaluan dibersihkan dengan kapas lembab. Demikian juga baju yang basah karena keringat atau air ketuban perlu diganti dengan yang bersih. Mulut dapat disegarkan dengan kumur-kumur atau gosok gigi.

b         Posisi
Dalam kehamilan ibu sudah aktif berproses dalam menghadapi persalinan misalnya ibu sudah senam, latihan jalan-jalan, jongkok,ibu akan menggunakan posisi tidur senyaman mugkin yang telah dilakukan selama hamil seperti jongkok, merangkak atau berdiri. Hal ini akan meningkatkan keinginan merubah posisi pada saat persalinan karena sudah dilatih pada saat hamil. Hal ini juga merupakan satu upaya untuk mengatasi kontraksi bila dibanding dengan ibu yang tidak pernah melatih pada saat hamil. Tempat tidur untuk persalinan diranncang secara khusus yang dapat diubah-ubah sesuai ddengan kebutuhan Posisi alternatif yang digunakan dengan persalinan adalah menghindari posisi terlentang, ibu berusaha untuk menggunakan posisi senyaman mungkin.

c         Kontak fisik
Selama proses persalinan ibu tidak suka dengan bercakap-cakap tetapi ibu akan merasa nyaman dengan kontak fisik. Keluarga hendaknya didorong untuk mau berpegangan tangan, menggosok-gosok punggnunya, menyeka wajahnya dengan air dingin dengan menggunakan waslap atau denagn mendekapnya, atau mengelus-elus perutnya, memijat kaki atau teknik-teknik lain yang serupa. Bila memungkinkan dilakukan rangsangan pelepasan oksitoksin dan kelenjar pituitrin yang akan merangsang kontraksi menjadi semakin kuat, secara alamiah. Keluarga didorong unutk membantu merubah posisi tidur ibu. Bidan hendaknya peka akan keinginan pasangan dan menghormatinya.

d        Pijatan
Ibu yang mengeluh sakit pinggang atau nyeri selama perssalinan mungkin akan mersakan pijatan akan sangat meringankan keluhan. Bidan/ keluarga dapat melakukan pijatan melinkar di daerah lumbosakralis, menekan daerah lutut dengan posisi ibu duduk, atau megelus-elus didaerah perut.

e         Perawatan kandung kemih
Keinginan untuk berkemih pada ibu inpartu sering terganggu dengan adanya kontraksi, oleh karena itu pengamatan terhadap kandung kemih haruslah diperhatikan karena dapat menghambat turunnya bagian terendah janin dan kontraksi uterus. Setiap 4 jam kandung kemih harus dikontrol dan diupayakan ibu dapat kencing sendiri dengan dicoba untuk kencing di pispot dengan disiram dengan air dingin atau dirangsang dengan membuka kran agar merangsang ibu untuk ingin kencing.

2.     kebutuhan psikologi ibu
         Pada ibu hamil terjadi perubahan psikologi, demikian juga dengan ibu bersalin. Perubahan psikologi pada ibu bersalin merupakan hal yang wajar, hampir semua ibu mengalaminya tergantung kepekaan dari setiap individu. Meskipun demikian ibu memerlukan bimbingan dari keluarga dan petugas penolong persalinan, agar ibu dapat menerim keadaan yang terjadi dan daapat memahami sehingga ibu dapat beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi.
         Pada ibu bersalin sering merasa cemas, memikirkan hal-hal yang akan terjadi antara lain persaan sakit, takut menghadapi persalinan, penolongnya sabar tidak, apakah anaknya cacat. Banyak pikiran yang menghantui selama persalinan. Hal ini dapat menambah rasa sakit , oleh karena itu ibu bersalin memerlukan teman/ pendamping selama persalinan.
         Penelitian menunjukkan bahwa kehadiran seorang pendamping pada saat persalinan dapat menimbulkan efek positif terhadap persalinan yang dapat menurunkan morbiditas, mengurangi rasa sakit, persalinan lebih singkat dan menurunnya persalinan dengan tindakan (Hodnett, 1997, Klaus dan Kennel, 1993).
1)       Dukungan persalinan
Dukungan selama persalinan meliputi:
a)       Lingkungan
Suasana yang rileks dan bernuansa rumah akan sangat membantu ibu dan pasangannya untuk cepat merasa nyaman, namun sikap para staf sangatlah penting di banding dengan kondisi fisik ruangan. Ruang persalinan perlu dilengkapi dengan meubeler sedemikian rupa sehingga keadaan darurat dapat ditangani dengan cepat dan efisien, oleh karena itu efek klinis tidak dapat dikesampingkan. Demikian juga walpaper dan gorden berwarna sejuk serta penggunaan tirai untuk menutup peralatan persalinan akan mengurangi keangkeran ruangan. Penerangan yang efisien, mudah dipindah-pindah, ibu bersalin senang dengan penerangan redup. Diupayakan agar keluarga yang masuk kedalam ruang bersalin dibatasi untuk menjaga kebersihan.
b)       teman yang mendukung
seorang teman yang mendukung merupakan sumber kekuatan yang besar dan memberikan kesinambungan dukungan diman teman yang mendukung tersebut tidak bisa digantikan oleh siapapun. Bidan yang juga berarti “bersama wanita”, ia harus berusaha untuk menjadi teman yang mendukung, bekerja dengan wanita tersebut bersama keluarga. Bidan diharapkan terampil dan peka serta berfungsi untuk mengembangkan hunbungan dengana wanita asuhannya dan keluarga, hubungan tersebut bersifat teraupetik.

c)       Mobilitas
Diusahakan ibu didorong untuk tetap tegar dan begerak, persalinan akan berjalan lebih cepat dan ibu akan merasa dapat menguasai keadaan, terutama jka ibu didorong untuk berusaha berjalan bila kemungkinan dan berusaha merubah merubah posisi tidur (miring kekiri, jongkok atau merangkak).
d)      Memberi informasi
Ibu dan keluarga harus diberi informasi selaengkapnya tentang kemajuan persalinan dan semua perkembangannya selama proses persalinan. Setiap tindakan atau intervensi yang akan dilakukan haarus diantisipasi dan dijelaskan. Ibu harus dilibatkan dalam pengambilan keputusan klinis.
e)       Tehnik relaksasi
Diharapkan ibu pernah mendapatkan penyuluhan tentang tehnik relaksasi pada saat ANC, bila ibu belum pernah maka harus diajarkan tehnik relaksasi, penyuluhan itu diberikan pada saat ANC dengan penyuluhan pada saat inpartu harus sama supaya ibu tidak bingung. Bidan harus mengingatkan tentang tehnik relaksasi terutama tehnik bernafas.
f)        Percakapan
Seorang ibu dalam masa inpartu membutuhkan waktu untuk bercakap-cakap dan ada waktunya untuk diam. Bagi ibu yang sedang dalam proses persalinan benar, maka kesunyian yang bersikap akrab dan simpatik sudah pasti disukainya. Pada tahap ini ibu akan merasakan lelah, setiap kontraksi akan memerlukan konsentrasi penuh dan semua cadangan emosional dan fisik dikerahkannya, ibu mungkin akan menutup semua pembicaraan yang tidak perlu dan berkonsentrasi terhadap kemajuan persalinan. Jika kesunyian dibutuhkan maka sentuhan dan ekspresi wajah dan orang-orang disekitarnya sangatlah dibutuhkan.


g)       Dorongan semangat
Sebagian besar ibu akan mencapai tahap dimana mereka tidak bisa melanutkan lagi dan putus asa. Bidan harus berusaha untuk memberi dorongan semangat kepada ibu selama proses persalinan. Dngan beberapa kata yang diucapkan secara lembut setelah kontraksi atau beberapa pujian non verbal pada saat terjadi kontraksi akan sangat memberi semangat/ dorongan ibu. Ibu yang sudah dibuat merasa bahwa ia sanggup dan sudah membuatkemajuan persalinan besar, akan merespon dengan terus berussaha. Bidan berusaha untuk dapat berkomunikasi dengan memberi respon yang hangat dan antusias, maka persalinan akan berhasil maju.

2)       Pengurangan rasa sakit
Faktor-faktor yang mempengaruhi rasa sakit
a)       Rasa takut dan cemas
Rasa takut dan cemas akan meningkatkan respon seseorang terhadap rasa sakit. Rasa takut kepada sesuatu yang tidak diketahui, rasa takut terhadap kesendirian dalam mengatasi suatu pengalaman seperti peersalinan dan rasa takut akan kegagalan dalam mengatasi rasa cemas akan menambah kecemasan. Pengalaman terdahulu jauga akan menambah kecemasan ini.
b)       kepribadian
kepribadian memainkan peranan dan wanita secara almiah tegang dan cemas akan lebih lemah dalam menghadapi strees dibanding wanita yang rileks dan percaya diri.
c)       Kelelahan
Wanita yang sudah lelah selama beberapa jam persalinan, mungkin didajului oleh  periode ketika tidurnya terganggu oleh ketidaknyamanan dan akhir kehamilanya akan kurang mampu  dalam mentolerir rasa sakitnya.


d)      Budaya dan sosial
Faktor budaya dan faktor sosial juga memainkan peran. Beberapa budaya mengharapkan stoitisme (saabar dan membiarkannya), sedang budaya lainnya mendorong keterbukaan untuk menyatakan perasaan, persepsi terhadap rasa sakit bisa saja berubah jika wanita tersebut telah mengalami nyeri dan penderitaan sebelumnya.
e)       Pengharapan
Pengharapan akan memberi warna pada pengalaman. Wanita yang realistis dalam pengharapannya mengenai persalinannya dan mengenai responnya yang mungkin terhadap hal itu barangkali wanita yang paling baik terlengkapi, selama ia masih merasa percaya diri bahwa dia akan mendapatkan bantuan dan dukungan yang dibutuhkan dan dijamin bahwa ia akan memperoleh analgesia yang sesuai.



















DAFTAR PUSTAKA

Sumarah. 2010. Perawatan Ibu Bersalin (Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin). Yogyakarta: Fitramaya.
JNPK-KR. 2008. Buku Acuan & Panduan Asuhan Persalinan Normal & Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar